Selasa, 26 April 2016

DAMPAK KENAIKAN DOLAR

Akhir-akhir ini kita sering mendengarkan kabar tentang kenaikan dolar, yang sering dimaknai sebagai pelemahan nilai kurs rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Kurs mata uang adalah perbandingan nilai mata uang yang digunakan oleh tiap negara dalam perdaangan internasional. Tujuan dari masing-masing negara adalah terciptanya kestabilan nilai terhadap mata uang negara lain. Nah, apa saja dampak kenaikan dolar itu terhadap kehidupan ekonomi kita? Mari kita simak artikel berikut ini.
Sebelum mengenal dampaknya, kita terlebih dahulu mengenal penyebab mengapa nilai rupiah terhadap dolar AS melemah. Paling tidak dua garis besar yaitu faktor eksternal dan internal perekonomian. Faktor eksternal yang paling umum diketahui adalah perekonomian AS yang memang semakin membaik. Berdasarkan data yang ada, pertumbuhan ekonomi AS mencapai 2,5%. Angka ini sudah melebihi target yang sebesar 2%. Dikabarkan juga inflasi AS mencapai 1,6%, angka ini dikategorikan baik karena tidak mencapai 2%.
Lantas, apa saja dampaknya bagi perekonomian?

Harga barang impor mengalami kenaikan
Seperti yang sudah disinggung di atas, konteks kurs di sini adalah soal perdagangan internasional Sebagian besar perdagangan luar negeri Indonesia dijalankan dengan menggunakan dolar AS, sehingga mahalnya Dolar AS akan membuat harga barang impor menjadi lebih mahal. Hal ini tidak selalu buruk, terutama ketika yang diimpor adalah jenis barang konsumsi. Misalnya, buah impor mengalami kenaikan harga. Hal ini membuat orang yang dulunya gemar membeli buah impor kini beralih ke buah lokal yang harganya lebih rendah. Jadi memang akan mengurangi pendapatan importir lokal, tetapi akan menaikkan pendapatan para petani dan pedagang buah lokal.
Meski begitu, bagi indusri tempe, misalnya, kenaikan harga impor ini sangat merugikan. Mengapa? Karena bahan baku tempe, yaitu kedelai, saat ini sebagian besar masih dipenuhi lewat impor. Maka ketika kurs rupiah terus melemah, harga kedelai akan makin melonjak. Ketika harga tempe dan tahu mengalami kenaikan, rakyat akan tercekik dan industrinya bisa bangkrut. Hal-hal buruk yang bisa terjadi adalah lalu para pegawainya diberhentikan dan melambatnya pertumbuhan ekonomi.

Beban utang semakin berat
Pemerintah dan swasta seringkali mengajukan utang untuk menjalankan pembangunan. Jika hutang-hutang ini dilakukan dalam bentuk Dolar AS, maka pengembaliannya pun harus dilakukan dengan mata uang yang sama, walaupun kurs Rupiah saat pengembalian hutang berbeda dengan saat pemberian hutang.
Misalnya kita berutang 1 juta USD saat kurs rupiah masih 12,000 per Dolar AS, atau kita mendapatkan dana sebanyak Rp12 milyar. Perjanjiannya, satu tahun kemudian kita harus mengembalikan hutang 1 juta USD itu plus bunga 2% (20,000 USD). Namun yang terjadi adalah kita belum tentu membayar Rp12 miliar tambah bunga Rp240 juta. Mengapa? Bila ketika jatuh tempo itu kurs rupiah melemah hingga Rp13.000 per dolar AS, maka kita harus mengembalikan Rp13 milyar tambah bunga Rp260 juta. Itulah mengapa dikatakan bahwa beban utang, terutama ketika utang menggunakan dolar AS, akan semakin berat.

Kenaikan gaji dalam bentuk dolar AS
Kenaikan dolar AS tentu saja adalah kabar baik bagi anda yang mendapatkan gaji dalam bentuk dolar AS. Barangkali nilainya sama, tetapi ketika ditukar menjadi rupiah anda akan mengalami peningkatan. Misalnya anda memiliki pendapatan 1.000 USD karena bekerja di perusahaan minyak milik asing. Ketika kurs rupiah berada di posisi Rp12.000, pendapatan anda per bulan mencapai Rp12 juta. Namun ketika kurs melonjak di Rp13.000, pendapatan anda menjadi Rp13 juta.

Meningkatkan Daya Saing Produk Made In Indonesia di Luar Negeri
Sudah umum diketahui juga bahwa dengan kurs Rupiah melemah, harga produk Indonesia akan makin murah bagi mereka yang tinggal di luar negeri. Hal ini bisa meningkatkan pangsa pasar bagi produk-produk yang dibuat di Indonesia. Selain itu, perusahaan berorientasi ekspor menerima pembayaran dari luar negeri dalam bentuk Dolar AS yang nilainya semakin tinggi seiring melemahnya Rupiah. Hal ini dipercaya dapat secara otomatis meningkatkan ekspor Indonesia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar