BAB VIII : INDUSTRIALISASI DI INDONESIA
A.
Konsep dan Tujuan Industrialisasi
- Awal konsep industrialisasiè Revolusi industri abad 18 di Inggris è Penemuan metode baru dlm pemintalan dan penemuan kapas yg menciptakan spesialisasi produksi dan peningkatan produktivitas factor produksi.
- Selanjutnya penemuan baru pengolahan besi & mesin uap shg mendorong inovasi è Baja, kereta dan kappa tenaga uap.
- Setelah PD II muncul teknolgi baru è Asembly line, listrik, motor, barang sintetis, telekomunikasi, elektronik, bio, computer & robot
- Perubahan Pola dan Volume Perdagangan Dunia dan Proses Industrialisasi di dunia
Industrialisasi adalah
suatu proses interkasi antara perkembangan teknologi, inovasi, spesialisasi dan
perdagangan dunia untuk meningkatkan pendapatan masyarakat dengan mendorong
perubahan struktur ekonomi.
Industrialisasi merupakan
salah satu strategi jangka panjang untuk menjamin pertumbuhan ekonomi. Hanya
beberapa Negara dengan penduduk sedikit & kekayaan alam meilmpah seperti
Kuwait & libya ingin mencapai pendapatan yang tinggi tanpa industrialisasi.
B.
Faktor-Faktor Pendukung
Industrialisasi
Faktor
pendorong industrialisasi (perbedaan intesitas dalam proses industrialisasi
antar negara) :
a) Kemampuan teknologi dan inovasi
b) Laju pertumbuhan pendapatan nasional per kapita
c) Kondisi dan struktur awal ekonomi dalam negeri. Negara
yang awalnya memiliki industri dasar/primer/hulu seperti baja, semen, kimia,
dan industri tengah seperti mesin alat produksi akan mengalami proses
industrialisasi lebih cepat
d) Besar pangsa pasar DN yang ditentukan oleh tingkat
pendapatan dan jumlah penduduk. Indonesia dengan 200 juta orang menyebabkan
pertumbuhan kegiatan ekonomi
e) Ciri industrialisasi yaitu cara pelaksanaan
industrialisasi seperti tahap implementasi, jenis industri unggulan dan
insentif yang diberikan.
f) Keberadaan SDA. Negara dengan SDA yang besar cenderung
lebih lambat dalam industrialisasi
g) Kebijakan/strategi pemerintah seperti tax holiday dan
bebas bea masuk bagi industri orientasi ekspor.
C.
Perkembangan Sektor Industri
Manufaktur di Indonesia
Industri diklasifikasikan:
a)
Industri primer/hulu yaitu mengolah output dari sektor
pertambangan (bahan mentah) menjadi bahan baku siap pakai untuk kebutuhan
proses produksi pada tahap selanjutnya
b)
Industri sekunder/manufaktur yang mencakup: industri
pembuat modal (mesin), barang setengah jadi dan alat produksi, dan industri
hilir yang memproduksi produk konsumsi
1.
Pertumbuhan output
Pertumbuhan output yang tinggi
disebabkan oleh permintaan eksternal yang tinggi.
Tingkat perkembangan industri
manufaktur dapat dilihat dari pendalaman struktur industri itu sendiri.
Struktur industri:
a) Ragam produk è barang konsumsi, sederhana,
barang konsumsi dg kandungan teknologi yanglebih canggih,
barang modal,
b) Intensitas pemakain faktor
produksiè barang dengan padat karya dan
barang dengan padat modal
c) Orinetasi pasar è barang domestik & barang
ekspor
2.
Pendalaman Struktur Industri
Pembangunan ekonomi jangka
panjang dapat merubah pusat kekuatan ekonomi dari pertanian menuju industri dan
menggeser struktur industri yang memiliki keunggulan kompetitif dan komparatif.
Perubahan struktur industri
disebabkan oleh
a)
Penawaran aggregatè perkembangan teknolgi,
kualitas SDM, inovasi material baru untuk produksi
b)
Permintaan aggregatè peningkatan pendapatan perkapita yang mengubah
volume & pola konsumsi
Berdasarkan analisis tingkat pendalaman struktur
industri:
a)
Orientasi perkembangan industri manuafktur di Indonesia
masih pada barang konsumsi sederhana seperti makanan, minuman pakaian jadi
sampail bambu, rotan & kayu
b)
Sisi permintaan aggergat, pasar domestik barang konsumsi
berkembang pesat seiring laju penduduk & peningkatan pendapatan
masyarakat per kapita
c)
Sisi penawaran aggregat, Sarana dan prasarana menunjang
untuk produksi barang konsumsi tersebut dibandingkan barang modal
d)
Aspek teknolgi, kandungan teknologi barang konsumsi lebih
rendah
3.
Tingkat Teknologi produk manufaktur
Teknologi
yang digunakan dalam industri manufaktur mencakup:
a)
Tekonolgi tinggi mencakup: komputer, obat-obatan, produk
elektronik, alat komunikasi dan sebagainya
b)
Teknologi sedang mencakup: plastik, karet, produk logam
sederhana, penyulingan minyak, produk mineral bukan logam
c)
Teknolgi rendah mencakup: kertas, percetakan, tekstil,
pakaian jadi, minuman, rokok, dan mebel
4.
Ekspor
Kinerja ekspor dapat digunakan untuk mengukur hasil pembangunan industry
manufaktur.
5.
Ketergantungan Impor
Ketergantungan terhadap impor juga merupakan indicator keberhasilan
pembangunan sector industry.
D.
Permasalahan Industrialisasi
Manufaktur Nasional
Industri manufaktur di LDCs lebih terbelakang
dibandingkan di DCs, hal ini karena :
1.
Keterbatasan teknologi
2.
Kualitas Sumber daya Manusia
3.
Keterbatasan dana pemerintah (selalu difisit) dan sektor
swasta
4.
Kerja sama antara pemerintah, industri dan lembaga
pendidikan & penelitian masih rendah
Masalah dalam industri manufaktur nasional:
1. Kelemahan struktural
a) Basis ekspor & pasar masih
sempitè walaupun Indonesia mempunyai
banyak sumber daya alam & TK, tapi produk & pasarnya masih
terkonsentrasi:
§ terbatas pada empat produk
(kayu lapis, pakaian jadi, tekstil & alas kaki)
§ Pasar tekstil & pakaian
jadi terbatas pada beberapa negara: USA, Kanada, Turki & Norwegia
§ USA, Jepang & Singapura
mengimpor 50% dari total ekspor tekstil & pakaian jadi dari Indonesia
§ Produk penyumbang 80% dari
ekspor manufaktur indonesia masih mudah terpengaruh oleh perubahan permintaan
produk di pasar terbatas
§ Banyak produk manufaktur
terpilih padat karya mengalami penurunan harga
muncul pesaing baru seperti cina & vietman
§ Produk manufaktur tradisional menurun daya saingnya sbg akibat factor
internal seperti tuntutan kenaikan upah
b)
Ketergantungan impor sangat
tinggi
1990, Indonesia menarik banyak PMA untuk industri berteknologi tinggi
seperti kimia, elektronik, otomotif, dsb, tapi masih proses penggabungan,
pengepakan dan assembling dengan hasil:
§ Nilai impor bahan baku, komponen & input perantara masih tinggi
diatas 45%
§ Industri padat karya seperti
tekstil, pakaian jadi & kulit bergantung kepada impor bahan baku, komponen &
input perantara masih tinggi.
§ PMA sector manufaktur masih
bergantung kepada suplai bahan baku & komponen dari LN
§ Peralihan teknologi (teknikal,
manajemen, pemasaran, pengembangan organisasi dan keterkaitan eksternal) dari
PMA masih terbatas
§ Pengembangan produk dengan
merek sendiri dan pembangunan jaringan pemasaran masih terbatas
c)
Tidak ada industri berteknologi menengah
§
Kontribusi industri berteknologi menengah (logam, karet,
plastik, semen) terhadap pembangunan sektor industri manufaktur menurun
tahun 1985 -1997.
§
Kontribusi produk padat modal (material dari plastik,
karet, pupuk, kertas, besi & baja) thd ekspor menurun 1985 – 997
§
Produksi produk dg teknologi rendah berkembang pesat.
d)
Konsentrasi regional
Industri menengah &
besar terkonsentrasi di Jawa.
2.
Kelemahan organisasi
a)
Industri kecil & menengah masih terbelakangèproduktivtas rendahè Jumlah Tk masih banyak (padat
Karya)
b)
Konsentrasi Pasar
c)
Kapasitas menyerap & mengembangkan teknologi masih
lemah
d)
SDM yang lemah
E.
Strategi Pembangunan Sektor Industri
Startegi
pelaksanaan industrialisasi:
1.
Strategi substitusi impor (Inward Looking).
Bertujuan
mengembangkan industri berorientasi domestic yang dapat menggantikan produk impor. Negara yang menggunakan strategi ini adalah
Korea & Taiwan
Pertimbangan menggunakan strategi ini:
a)
Sumber daya
alam & Faktor produksi cukuo tersedia
b)
Potensi
permintaan dalam negeri memadai
c)
Sebagai
pendorong perkembangan industri manufaktur dalam negeri
d)
Kesempatan
kerja menjadi luas
e)
Pengurangan
ketergantungan impor, shg defisit berkurang
2.
Strategi promosi ekspor (outward Looking)
Beorientasi ke pasar internasional dalam usaha
pengembangan industri dalam negeri yang memiliki keunggulan bersaing.
Rekomendasi agar strategi ini dapat berhasil :
a) Pasar harus
menciptakan sinyal harga yang benar yang merefleksikan kelangkaan barang ybs
baik pasar input maupun output
b)
Tingkat
proteksi impor harus rendah
c)
Nilai tukar
harus realistis
d)
Ada insentif
untuk peningkatan ekspor
SUMBER: kuswanto.staff.gunadarma.ac.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar